Rabu, 10 November 2010

00.37 - No comments

cara mambongkar notebook

  • cek notebook
  • buka baud casing tengah  (4 baud hitam pendek)
  • buka hardisk buka RAM
  • buka baud yang ada didekat hardisk (1 baud hitam panjang)
  • buka baud yang di bawah RAM ( 1 baud putih panjang)
  • buka baud yang ada di pinggir (4 baud hitam panjang)
  • buka keyboard diantara f2 & f3 ada kunci kita congkel dengan menggub\nakan obeng min 
  • buka kabel keyboard 
  • buka kabel mouse
  • buka casing atas ( 5 baud hitam panjang)
  • buka mainboarc, pertama-tama buka dulu kabel- kabrlnya( soundt card, cardreader, hardisk)
  • buka baud yang ada pada mainboard ( 2 baud hitam panjang)
  • buka kabel antena wereless
  • buka pendingin prosesor pada mainboard ( 2 baud hitam panjang)
  • buka wereless ( 1 baud putih pandek)
  • buka cardreader ( 1 baud hitam panjang)
  • bua kabel data soundt card 
  • buka kabel hardisk
  • buka kabel speaker
  • buka board soundt card

Minggu, 07 November 2010

18.31 - No comments

langkah langkah merakit notebook

langkah langkah merakit notebook.

 

1. Pasang board soundcard
2. Pasang kabel speaker
3. Pasang kabel data harddisk
4. Pasang kabel data sound card
5. Pasang board card reader
6. Pasang baud card reader ( 1 )
7. Pasang kabel card reader
8. Pasang board wireless pada mainboard
8. Pasang baud wireless ( 1)
9. Pasang pendingin processor pada main board
10. Pasang Kabel power pendingin
11. Pasang baud pendingin pada mainboard ( 2 )
12. Pasang kabel LCD dan kabel antenna wireless
13 Pasang main board dengan baud ( 2 )
14 .Pasang kabel Haddisk, kabel soundcard, kabel Cardreader
15. Pasang tutup cassing dengan baud ( 5 )
16. Pasang kabel mouse
17. Pasang kabel Keyaboard
18. Pasang keyboard
19. Pasang baud pada cassing bawah ram
20. Pasang baud sejajar hardisk ( 1 )
21. Pasang Ram
22. Pasang Harddisk
23. Pasang Baud cassing pinggir belakang ( 4 )
24. Pasang baud tutup cassing tengah ( 4 )
25. Pasang batery
26. Cek note book ( tekan power )
27. Selesai tinggal meng.install ..

Sabtu, 06 November 2010

00.48 - No comments

agama

Entri Blog


Jika saja anda tidak mampu berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah melalui keMaha Indahan sifat-sifatNya, maka berbaiksangkalah kepada Allah karena adanya anugerah mu’amalah Allah yang menyertai anda. Bukankah Allah telah mengembalikan diri anda, melainkan pada kebajikan? Dan bukankah Allah telah melimpahkan kepada anda , melalui pintu anugerahNya?

Husnudzon atau berbaik sangka kepada Allah, merupakan salah satu dasar utama kita membangun hubungan dengan Allah Ta’ala. Banyak hamba-hamba Allah yang menggugat Allah atas taqdir yang diterima dengan rasa pahit, lalu ia menggedor-gedor langitNya, agar dibuka pintu anugerah yang sesuai dengan selera si hamba ini.

Tetapi Ibnu Athaillah as-Sakandaru begitu jeli memandang soal Husnudzon kepada Allah ini, karena banyak orang yang mengalami kesulitan-kesulitan psikologis ketika harus berbaik sangka kepada Allah terutama jika si hamba Allah ini tertimba takdir yang dirasakan tidak sesuai dengan keinginannya.

Di sinilah kita harus belajar Husnudzon kepada Allah melalui sifat keMaha Indahannya atas semua yang telah dilimpahkan kepada kita. Ketika seseoranterhalang untuk meraih apa yang diinginkannya, lalu terganjal di sana, ia protes kepada Allah. Protes ini muncul semata karena si hamba tidak bisa melihat hikmah dan keindahan Sifat Allah yang menyertai kegagalan itu. Padahal kegagalan itu adalah pemberian yang luar biasa, jika kita bisa memahaminya.

Namun untuk memahaminya juga tidak mudah. Oleh sebab itu, si hamba diarahkan, jika gagal memahami keMaha Indahan sifat Allah, minimal ia harus memahami melalui husnudzonnya kepada Allah atas anugerah yang selama ini dilimpahkan kepada hamba melalui amaliyah ibadahnya. Bahwa seorang hamba bisa beribadah, bisa berbuat baik, itu semua tidak lepas dari anugerah Allah. Tanpa anugerahNya, kita tidak bisa bekerjasama dengan Allah Ta’ala.

Bahkan Ibnu Athaillah menegaskan, bahwa semua yang terjadi ini, senantiasa kembali demi kebajikan kita semua. , dan segala yang berinteraksi dengan seluruh kehidupan kita sesungguhnya adalah anugerah Ilahi semata.

Kalau kita renungkan sejenak: Kita ini ada di dunia ini karena Dia, dan karena kebaikan dan anugerahNya pula. Kita diwujudkan dari situasi dan kondisi tidak ada, lalu menjadi ada. Kemudian Allah masih terus melimpahkan kita dengan kemuliaan, kenikmatan, dan kita dijadikan sebagai hamba beriman. Bahkan harus kita syukuri kita dijadikan sebagai manusia. Coba, seandainya kita ditakdirkn jadi binatang atau batu??

Kategori manusia berhusnudzon kepada Allah itu ada tiga:

Pertama, Husnudzon kepada Allah karena keagungan dan keindahan SifatNya.
Kedua, Husnudzon kepada Allah karena IhsanNya, atau kebajikanNya.
Ketiga, Husnudzon kepada Allah karena dua-duanya. Dan perilaku jiwa demikian ini, lebih sempurna dari kedua hal di atas.

Karena itu Rabiah Adawiyah sampai bersyair:

Cintaku kepadaMu terbagi dua
Cinta Asmara, dan Cinta karena Engkau layak Dicinta
Cinta Asmaraku padaMu, adalah kesibukanku mengingtatMu
Dan mengabaikan hatiku dari selain DiriMu.
Sedang Cinta yang Engkau layak Dicinta
Adalah tersingkapnya tiraiMu untukku
Hingga aku terus memandangmu
Lalu tak ada puja di sana
Tak ada pula di sini bagiku
Tetapi hanya kepadaMu Puja itu
Di sana
Dan disini.

Indah nian kata Rabiah. Semua itu karena Husnudzonnya kepada KekasihNya. Sebab apa saja yang dipandang dari kehidupan ini, tidak lain adah rasa CintaNya, Anugerah Kasih SayangNya kepadanya. Apa saja, dan dimana saja….
Hikmah huznudhan pdad allah yaitu :
a)    Jiwanya ikhlas hatinya bersih.
b)    Hidupnya tentram dan damai .
c)    Tidak menimbulkan perselisihan .
d)    Menumbuhkan rasa otimis .
e)    Senantiasa bersyukur atas nikmat allah SWT.

Ridho Allah

Ridho Allah adalah dambaan setiap muslim yang menyadari bahwa itulah harta termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia.Tanpa ridho Allah,hidup kita akan hampa,kering,tidak dapat merasakan nikmat atas segala apa yang telah ada di genggaman kita,bermacam masalah silih berganti menyertai hidup kita.Harta berlimpah,makanan berlebih namun ketika tidak ada ridhoNya,semua menjadi hambar. Tidak tahu kemana tujuan hidup,merasa bosan dengan keadaan, seolah hari berlalu begitu saja,begitu cepat namun tanpa disertai dengan perubahan kebaikan hari demi hari. Sehingga merasa mengapa hidup hanya begini-begini saja?
Apa sebenarnya ridho Allah? Mari simak ayat Al-Quran yang membahas hal tsb.
“Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat,juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalananan.Itulah yang lebih baik bagi orang yang mencari keridhaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Ar-Rum : 38]

Dalam bahasa arabnya ridho Allah ternyata dilafashkan dengan wajhaAllah atau wajah Allah.Sering kita dengar perumpamaan ‘ih orang itu cari muka [wajah]‘ maksudnya cari perhatian. Demikian pula jika kita mencari wajah Allah atau perhatian Allah atau yang lebih populer ridhoNya maka pasti ada yang mesti kita lakukan.Apa? telah dijelaskan pada ayat di atas,yaitu memberikan haknya kerabat dekat,hak orang miskin,hak orang yang sedang dalam perjalanan. Itulah sebagian cara yang ditunjukkan Allah pada kita untuk mendapatkan ridhoNya disamping kita wajib selalu bertaqwa padaNya,istiqomah dalam ibadah,dan masih banyak lagi yang bisa mengundang RahmatNya bukan justru mendatangkankan murkaNya.

Memberikan hak orang yang dimaksud Allah bukan hanya bisa dilakukan oleh orang yang kelebihan harta namun bisa dilakukan oleh orang yang sadar dan ikhlas bahwa letak ketentraman hidup itu ada pada restu,ridho dan rahmat Allah.Boleh jadi rezeki yang Allah berikan pada kita hanya pas untuk makan sehari hari dan biaya hidup keluarga,namun ketika Allah telah berkenan memberi ridhoNya,rezeki yang pas itu menjadi berkah…keluarga sakinah,hati tentram,keluarga sehat wal afiat,tidak diberikan penyakit yang menguras rezeki kita,diberi keringanan beribadah,baik sholat,zakat,sedekah,sehingga hari hari yang dilalui dalam hidup penuh dengan rasa syukur.
Sekarang mari kita koreksi diri bersama,
- sudahkah kita memberikan haknya kerabat dekat?
- sudahkah kita memberikan haknya orang miskin?
- sudahkah kita memberikan haknya orang yang dalam perjalanan?
- sudahkan kita bertaqwa berada di jalan lurusNya?
- sudahkah kita istiqomah dalam ibadah? mewujudkan rukun Islam dalam kehidupan sehari-hari?
- sudahkah kita meniatkan setiap yang kita lakukan untuk mencari ridhoNya?

Atau kita justru serakah,menggenggam erat harta yang Allah titipkan sehingga harta yang seharusnya bisa digunakan untuk ibadah malah menghantarkan kita ke pintu Neraka..
Setelah kita mendapat jawabannya..tentunya kita pun tahu,sudahkah kita dapatkan ridhoNya dalam hidup kita? Kita memang tidak dapat melihat wujud ridlo itu dengan mata kepala akan tetapi insyaAllah akan bisa dirasakan oleh hati,ketika kita berjuang untuk mendapatkannya dengan senantiasa menjauhi laranganNya,memahami,mengamalkan dan mengajarkan perintahNya. Waallahua’llam bishawab.



00.48 - No comments

agama

tawadhu'
simpan di dalam hati mereka diserahkan kepada Allah.
3. Tunduk kepada Allah, melepaskan pendapat dan kebiasaanmu dalam mengabdi, tidak melihat hakmu dalam mu'amalah. Yang disebut tawadhu' ialah pengabdianmu kepada Allah, beribadah kepada-Nya seperti yang diperintahkan-Nya kepadamu dan bukan menurut pendapatmu sendiri. Yang membangkitkanmu untuk beribadah juga bukan kebiasaanmu, seperti kebiasaan yang membangkitkan orang yang tidak memiliki bashirah. Andaikan yang membiasa-kannya sesuatu kebalikannya, tentu itulah yang akan menjadi kebiasaannya.
Seorang hamba juga tidak boleh beranggapan bahwa dia mempunyai hak atas Allah karena amalnya. Apa yang harus dilakukannya adalah beribadah, memerlukan-Nya dan tunduk kepada-Nya. Selagi dia menganggap mempunyai hak atas Allah, maka mu'amalahnya menjadi rusak dan cacat, yang dikhawatirkan bisa mendatangkan murka-Nya. Tapi bukan berarti hal ini menajikan hak Allah untuk memberikan balasan dan pahala kepada orang yang beribadah kepada-Nya. Itu semata merupakan hak Allah untuk memuliakan dan berbuat baik kepada hamba, bukan merupakan hak hamba yang bisa diminta dari Allah, lalu mereka bisa membuat ketentuan terhadap Allah karena amal mereka.
Jadi engkau harus bisa membedakan masalah ini secara seksama. Dalam hal ini manusia bisa dibedakan menjadi tiga golongan:
- Golongan yang mengatakan bahwa hamba terlalu lemah untuk memiliki hak atas Allah, sehingga Allah sama sekali tidak mempunyai keharusan untuk memenuhi hak hamba dan berbuat baik kepada-nya.
- Golongan yang melihat bahwa Allah mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya terhadap hamba, sehingga mereka beranggapan bahwa hamba bisa menetapkan keharusan terhadap Allah dengan amalnya. Dua golongan ini sama-sama menyimpang.
- Golongan yang benar, yang mengatakan bahwa dengan amal dan usahanya hamba tidak berhak mendapatkan keselamatan dan keberuntungan dari Allah, amalnya tidak menjamin dirinya bisa masuk surga dan menyelamatkannya dari neraka, kecuali jika dia mendapat karunia dan rahmat-Nya. Namun begitu Allah juga menguatkan rahmat dan kemurahan-Nya yang diberikan kepada hamba dengan ikatan janji, dan janji Allah berarti wajib, sekalipun menggunakan kata "Agar, semoga, mudah-mudahan".
Pengertian lebih jauh, hamba yang tidak melihat adanya hak atas Allah bukan berarti dia harus menajikan apa yang diwajibkan Allah kepada dirinya dan menajikan apa yang telah dijadikan-Nya sebagai hak bagi hamba. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada Mu'adz bin Jabal, "Hai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba?"
Mu'adz menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu."
Beliau bersabda, "Hak Allah atas mereka ialah agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya. Hai Mu'adz, tahukah kamu apa hak hamba atas Allah jika mereka melakukan hai itu?"
"Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu," jawab Mu'adz. Beliau bersabda, "Hak mereka atas Allah, hendaknya Dia tidak mengadzab mereka dengan api neraka."
Allah adalah yang seorang pun tidak mempunyai atas Diri-Nya, dan yang ada usaha sedikit pun yang hilang sia-sia di sisi-Nya.